Pria Ini Bisa Kantongi Rp 22 Juta/Bulan dari Kontes Logo Internasional
SURYA.co.id | SURABAYA - Bisa dibilang mereka para pemburu hadiah. Mereka para disainer grafis yang seringkali mengikuti lomba pembuatan logo yang diselenggarakan di dalam maupun di luar negeri.
Mereka juga kerap mendapat hadiah yang umumnya berupa uang, meskipun pendapatan ini belum bisa disebut sebagai nafkah.
Supriyanto, pria yang tinggal di Gresik ini tidak memiliki jam kerja tetap.
Namun biasanya dia bekerja pada malam hari. "Kantor" Supri berpindah dari satu kafe ke kafe lainnya.
Modal utamanya laptop dan modem atau wifi untuk mendapat akses internet.
”Pekerjaan ini baru saya geluti sekitar dua tahun. Bisa dibilang saya masih baru di dunia ini,” kata Supri.
Dia adalah salah satu desainer grafis pemburu hadiah. Awalnya Supri bekerja di sebuah perusahaan di Bandung, dan berpindah di beberapa kota, termasuk di Surabaya.
Namun Supri melihat banyak rekan-rekannya sesama desainer grafis, yang beberapa kali mendapat hadiah dari mengikuti kontes desain internasional. Sejak itu Supri mulai menyelami dunia kontes logo.
Awalnya Supri merasa minder, karena di ajang kontes berkumpul para desainer dari berbagai penjuru dunia. ”Yang dibutuhkan adalah kepercayaan diri,” kata Supri.
Di dunia maya terdapat situs penyedia jasa yang mengonteskan logo-logo dari seluruh perusahaan di dunia.
Biasanya Supri mengakses situs www.99designs.com, yang merupakan tempat kontes desain dari seluruh dunia. ”Tiap hari ada kontes pembuatan logo,” tambahnya.
Memang butuh kesabaran tinggi untuk bersaing di kontes itu. Bagi pemula, niatnya belajar untuk mengembangkan diri.
”Walaupun kalah, minimal kemampuan akan bertambah. Karena bisa belajar dari karya orang lain di seluruh dunia,” kata Supri.
Apabila telah terbiasa dan menemukan ritmenya, perjalanan selanjutnya akan lebih mudah.
Saat ini, setiap minggu minimal Supri memenangkan satu kontes. Dalam satu bulan, Supri rata-rata memenangkan empat sampai enam kontes.
”Tergantung mood dan kebutuhan. Kalau lagi butuh uang, ya ikut lebih banyak,” kata Supri.
Satu logo yang memenangkan kontes biasanya dihargai 300 sampai 400 dolar AS.
Apabila dirata-rata, jika satu bulan minimal empat kali menang kontes, dia bisa mengantongi sekitar 1.600 dolar AS (sekitar Rp 22 juta).
Itu baru pendapatan dari logo, belum lagi dari proyek perusahaan-perusahaan luar negeri.
Pria asli Indramayu itu mengatakan, apabila telah memenangkan satu kontes logo, dan perusahaan yang menggunakan logo tersebut menyukainya, biasanya diikuti dengan hubungan bisnis selanjutnya.
Nilai proyeknya pun lebih besar dari sekadar membuat logo, bisa mencapai 12.000 dolar AS untuk satu proyek.
Dia mengaku, dalam dua tahun ini, lebih dari sekitar 30 perusahaan dari delapan negara, Jerman, Meksiko, Australia, Taiwan, Singapura, Amerika, Prancis, dan Uni Emirat Arab (UEA), yang telah menggunakan jasa Supri.
Disain karyanya antara lain dipakai Venture Capital Magazine (Jerman), majalah internal Toyota (Jerman), Ashrae Journal (Amerika), Global Water (Taiwan), bahkan Supri juga pernah menggarap tampilan Microsoft, Amerika.
Menurut pria kelahiran Indramayu, 25 Agustus 1979 ini, industri kreatif desain grafis merupakan lahan yang prospektif.
Hampir semua perusahaan, bahkan perusahaan media sekalipun mengandalkan desain grafis.
Ini karena mereka menginginkan sesuatu yang baru terkait branding perusahaan.
Di Indonesia sendiri peluang itu juga terbuka luas. Saat ini, banyak perusahaan yang membuat company profile melalui e-paper.
Peluang itu yang kini ditangkap oleh Angger Putranto, pemilik Blueherat Design.
Bedanya dengan Supri, Angger lebih banyak bermain di dalam negeri.
Beberapa perusahaan besar yang mulai menggunakan jasa itu, seperti PT Semen Gresik, PTPN, bahkan pemerintah daerah seperti Pemkab Banyuwangi, mulai menggarap profilnya secara virtual.
Mayoritas perusahaan memiliki situs. Biasanya company profile atau media internal yang tadinya untuk cetak, juga digunakan untuk situs mereka.
Ini agar cakupan keterbacaannya lebih luas. Hingga saat ini, telah ratusan e-paper yang ditangani Angger.
Dalam setahun, dia menggarap ratusan proyek desain, mulai dari media internal (tabloid, majalah, buletin), media komersial, buku, company profile, leaflet, brosur, kemasan produk, desain situs, stiker, kaus, laporan tahunan, hingga desain iklan.
Dia tidak perlu mengiklankan diri lagi untuk menawarkan jasanya.
"Saya sering dapat telepon dari orang yang sebelumnya tak saya kenal, tapi dapat rekomendasi dari klien saya yang lain. Intinya jangan kecewakan klien," ceritanya.
Tak jarang, Angger kewalahan menerima garapan. Kalau sudah menumpuk di waktu bersamaan, dia bekerja sama dengan rekan lainnya sesama desainer grafis.
Menurutnya, , seorang desainer seharusnya tidak hanya paham tentang desain, melainkan juga ilmu-ilmu marketing lainnya.
sumber : https://surabaya.tribunnews.com/2016/01/05/pria-ini-bisa-kantongi-rp-22-jutabulan-dari-kontes-logo-internasional?page=4
Mereka juga kerap mendapat hadiah yang umumnya berupa uang, meskipun pendapatan ini belum bisa disebut sebagai nafkah.
Supriyanto, pria yang tinggal di Gresik ini tidak memiliki jam kerja tetap.
Namun biasanya dia bekerja pada malam hari. "Kantor" Supri berpindah dari satu kafe ke kafe lainnya.
Modal utamanya laptop dan modem atau wifi untuk mendapat akses internet.
”Pekerjaan ini baru saya geluti sekitar dua tahun. Bisa dibilang saya masih baru di dunia ini,” kata Supri.
Dia adalah salah satu desainer grafis pemburu hadiah. Awalnya Supri bekerja di sebuah perusahaan di Bandung, dan berpindah di beberapa kota, termasuk di Surabaya.
Namun Supri melihat banyak rekan-rekannya sesama desainer grafis, yang beberapa kali mendapat hadiah dari mengikuti kontes desain internasional. Sejak itu Supri mulai menyelami dunia kontes logo.
Awalnya Supri merasa minder, karena di ajang kontes berkumpul para desainer dari berbagai penjuru dunia. ”Yang dibutuhkan adalah kepercayaan diri,” kata Supri.
Di dunia maya terdapat situs penyedia jasa yang mengonteskan logo-logo dari seluruh perusahaan di dunia.
Biasanya Supri mengakses situs www.99designs.com, yang merupakan tempat kontes desain dari seluruh dunia. ”Tiap hari ada kontes pembuatan logo,” tambahnya.
Memang butuh kesabaran tinggi untuk bersaing di kontes itu. Bagi pemula, niatnya belajar untuk mengembangkan diri.
”Walaupun kalah, minimal kemampuan akan bertambah. Karena bisa belajar dari karya orang lain di seluruh dunia,” kata Supri.
Apabila telah terbiasa dan menemukan ritmenya, perjalanan selanjutnya akan lebih mudah.
Saat ini, setiap minggu minimal Supri memenangkan satu kontes. Dalam satu bulan, Supri rata-rata memenangkan empat sampai enam kontes.
”Tergantung mood dan kebutuhan. Kalau lagi butuh uang, ya ikut lebih banyak,” kata Supri.
Satu logo yang memenangkan kontes biasanya dihargai 300 sampai 400 dolar AS.
Apabila dirata-rata, jika satu bulan minimal empat kali menang kontes, dia bisa mengantongi sekitar 1.600 dolar AS (sekitar Rp 22 juta).
Itu baru pendapatan dari logo, belum lagi dari proyek perusahaan-perusahaan luar negeri.
Pria asli Indramayu itu mengatakan, apabila telah memenangkan satu kontes logo, dan perusahaan yang menggunakan logo tersebut menyukainya, biasanya diikuti dengan hubungan bisnis selanjutnya.
Nilai proyeknya pun lebih besar dari sekadar membuat logo, bisa mencapai 12.000 dolar AS untuk satu proyek.
Dia mengaku, dalam dua tahun ini, lebih dari sekitar 30 perusahaan dari delapan negara, Jerman, Meksiko, Australia, Taiwan, Singapura, Amerika, Prancis, dan Uni Emirat Arab (UEA), yang telah menggunakan jasa Supri.
Disain karyanya antara lain dipakai Venture Capital Magazine (Jerman), majalah internal Toyota (Jerman), Ashrae Journal (Amerika), Global Water (Taiwan), bahkan Supri juga pernah menggarap tampilan Microsoft, Amerika.
Menurut pria kelahiran Indramayu, 25 Agustus 1979 ini, industri kreatif desain grafis merupakan lahan yang prospektif.
Hampir semua perusahaan, bahkan perusahaan media sekalipun mengandalkan desain grafis.
Ini karena mereka menginginkan sesuatu yang baru terkait branding perusahaan.
Di Indonesia sendiri peluang itu juga terbuka luas. Saat ini, banyak perusahaan yang membuat company profile melalui e-paper.
Peluang itu yang kini ditangkap oleh Angger Putranto, pemilik Blueherat Design.
Bedanya dengan Supri, Angger lebih banyak bermain di dalam negeri.
Beberapa perusahaan besar yang mulai menggunakan jasa itu, seperti PT Semen Gresik, PTPN, bahkan pemerintah daerah seperti Pemkab Banyuwangi, mulai menggarap profilnya secara virtual.
Mayoritas perusahaan memiliki situs. Biasanya company profile atau media internal yang tadinya untuk cetak, juga digunakan untuk situs mereka.
Ini agar cakupan keterbacaannya lebih luas. Hingga saat ini, telah ratusan e-paper yang ditangani Angger.
Dalam setahun, dia menggarap ratusan proyek desain, mulai dari media internal (tabloid, majalah, buletin), media komersial, buku, company profile, leaflet, brosur, kemasan produk, desain situs, stiker, kaus, laporan tahunan, hingga desain iklan.
Dia tidak perlu mengiklankan diri lagi untuk menawarkan jasanya.
"Saya sering dapat telepon dari orang yang sebelumnya tak saya kenal, tapi dapat rekomendasi dari klien saya yang lain. Intinya jangan kecewakan klien," ceritanya.
Tak jarang, Angger kewalahan menerima garapan. Kalau sudah menumpuk di waktu bersamaan, dia bekerja sama dengan rekan lainnya sesama desainer grafis.
Menurutnya, , seorang desainer seharusnya tidak hanya paham tentang desain, melainkan juga ilmu-ilmu marketing lainnya.
sumber : https://surabaya.tribunnews.com/2016/01/05/pria-ini-bisa-kantongi-rp-22-jutabulan-dari-kontes-logo-internasional?page=4