Etika Guru Terhadap Anak Didik

Sobat galeri, kali ini saya akan membahas tentang sebuah permasalahan yang sangat erat hubungannya dengan profesi kita sebagai pendidik. Etika Guru Terhadap Anak Didik, dari judulnya saja sudah terlihat bahwa tulisan di bawah ini berhubungan dengan guru dan anak didiknya. Kita mulai dari etika, Secara umum etika dapat diartikan sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan timbangan moral-moral yang berlaku. Dengan adanya etika, manusia dapat memilih dan memutuskan perilaku yang paling baik sesuai dengan norma-norma moral yang berlaku. Dengan demikian akan terciptanya suatu pola-pola hubungan antar manusia yang baik dan harmonis, seperti saling menghormati, saling menghargai, tolong menolong.

Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya, Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, dan Tut wuri handayani. Dari kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin.

Etika guru terhadap anak didik idealnya sebagai berikut :
  1. Guru memberikan pelayanan prima kepada anak didik beruapa persiapan dalam mengajar yang sudah tertata.
  2. Guru memberi contoh yang baik untuk anak didiknya
  3. Guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik.
  4. Hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman anak didik
Etika Guru Terhadap Anak Didik Saat ini :
  1. Tidak semua guru mau dan mampu membuat persiapan mengajar/RPP.  Akibatnya pembelajarn menjadi kurang matang.
  2. Tidak semua guru dapat menjadi contoh yang baik untuk anak didiknya.
  3. Tidak semua guru dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya, terutama dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran menjadi tidak sempurna.
  4. Tidak semua guru dapat mengetahui dan menghargai potensi anak didik di luar akademik.
Mengapa terjadi hal yang demikian ?
  1. Tidak menyiapkan pembelajaran sudah menjadi kebiasaan, sehingga sulit untuk dilaksanakan.
  2. Terkadang guru lupa akan kompetensi pribadi dan sosial karena terlalu mengejar prefesional dan pedagogik.
  3. Kurangnya antusiasme guru terhadap potensi selain akademik. Apabila lemah dalam hal akademik, anak didik cenderung di cap gagal.
Solusi apa yang harus kita lakukan agar tidak terjadi hal yang demikian ?
  1. Perbanyak pelatihan guru tentang pembuatan persiapan mengajar yang menarik dan berbagai metode pembelajaran yang bermakna bagi guru dan anak didik itu sendiri.
  2. Membangun pemahaman guru, bahwa kemampuan anak didik tidak hanya sekedar akademik saja. Masih banyak kemampuan lain pantas dibanggakan dari seorang anak didik.
Sekian sobat galeri untuk tulisan tentang etika guru terhadap siswa. Tulisan ini di buat tidak semata-mata  karena saya seorang guru yang sempurna. Tulisan ini dibuat dalam rangka evaluasi diri dan semoga bermanfaat bagi sobat galeri sekalian. Terima kasih.

Sumber : https://csagboyz.wordpress.com/2016/02/07/etika-profesi-guru/
LihatTutupKomentar